macam suku


1. Suku Madura

            Bermacam - macam tradisi Masyarakat Madura, diantaranya Petik Laut, Carok, dan Karapan Sapi yang paling dikenal. Petik Laut merupakan tradisi bagi masyarakat nelayan sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Carok merupakan tradisi bertarung satu lawan satu dalam tujuan mempertahankan harga diri. Sedangkan Karapan Sapi merupakan seni/ olahraga saling memacu sapi atu terkenal dengan nama Bull Race. Selain itu ada pula beberapa lagu-lagu daerah Madura itu antara lain Karapan Sapi, Tanduk Majeng, Gelang Sooko, Nyelok Aeng, dan lainnya.
Harga diri, juga paling penting dalam       kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa "Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata". Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Tradisi carok juga berasal dari sifat itu.
                Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 15 juta orang, dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Kangean, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:
                * Dialek Bangkalan
                * Dialek Sampang
                * Dialek Pamekasan
                * Dialek Sumenep, dan
                * Dialek Kangean
                Masyarakat umum mengenal pakaian khas Madura, yaitu hitam serba longgar dengan kaos bergaris merah putih atau merah hitam, di dalamnya, lengkap dengan tutup kepala dan kain sarung. Sebenarnya, pakaian yang terdiri dari baju pesa`an dan celana gomboran ini merupakan pakaian pria untuk rakyat kebanyakan, baik sebagai busana sehari-hari maupun sebagai busana resmi. Adanya pengaruh cara berpakaian pelaut dari Eropa, terutama kaos bergaris yang digunakan.Dan tak kalah penting pula banyak sekali makanan khas madura seperti sate ayam ( Madura), nasi jejen, bubur ayam, bebek goreng peterongan, sate lalat, kaldu kikil, soto madura...dan lain sebagainya.
                Selanjutnya tempat-tempat wisata dimadura seperti makam Pasarean Syaichona, Aer Mata Ibu di Arosbaya, Pantai Siring Kemuning, Pantai Sembilangan, Sentra Kerajinan Batik Madura di Tanjung Bumi, Sumber Mata Air Kolla Langgundih,                 Taman rekreasi Kota, dsb. Selain itu banyak juga tarian khas Madura seperti Tari Ujung Drajat, Tari Geleng Ro'om, Tari Rondhing, Saronen, dsb.


2. Suku Betawi

                Kebudayaan Betawi secara umum merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal                 dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.
                Berbagai kesenian tradisional Betawi dapat berkembang dan digemari oleh masyarakat luas, bukan hanya oleh masyarakat Betawi. Kesenian Betawi tersebut antara lain Lenong dan Topeng Blantik. Keduanya merupakan seni drama tradisional. Juga seni tari seperti tari Topeng, Ondel-ondel, tari Ronggeng Topeng.                                                            
            Orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong. Betawi juga memiliki wayang. Wayang Kulit Betawi menggunakan bahasa dialek Melayu Betawi. Selain itu betawi juga berbagai macam lagu daerah antara lain Jali-jali, Kelap-Kelip, Keroncong Kemayoran, Kicir-kicir, Lenggang Kangkung, Ondel-onde, dan masih banyak lagi.
                Sejarah kuliner Betawi agaknya banyak dipengaruhi kuliner etnik maupun bangsa lain. Kebudayaan Cina memberikan sumbangan yang besar pada seni masak, seni musik, dan bahasa Betawi. Seperti halnya kebudayaaan Arab juga. Masakan Betawi bergulai adalah pengaruh Arab dan Asia Selatan. Sedangkan masakan sayuran banyak dipengaruhi Cina. Cina juga memberikan pengaruh dalam seni masak kue basah. Beberapa makanan khas Betawi misalnya: Nasi      Kebuli Kambing; Nasi Ulam; Ketupat Sambel Godog; Bubur Dingin; Nasi Uduk; Laksa Betawi; Sate Laksa; Gurame Kuah Pucung; Rujak Juhi; Gurame Pecak; Soto Betawi; Lontong Cap Go Meh; Nasi Rames Peranakan; Soto Tangkar;
Asinan Jakarta; Gado-gado; Pindang Bandeng
                Begitu pula dengan penganan kue-kue khas Betawi yang sangat beragam seperti Rengginang Ketan, Kembang Goyang, Akar Kelapa, Brondong Jagung, Brondong Beras, Geplak, Kue Talam, Kue Pepe, Wajik, Biji Ketapang, Kue Sagu Rangi, Kue Pancong, Kerupuk Opak, Ongol-ongol, Cucur, Kueh Bakar, Roti Buaya, Tape Uli.
                Betawi juga memiliki kue-kue dan makanan Belanda (Ontbijtkoek, Kattetonk, AnanasStar, Risoles, Kroket, Bitterbalen, Macaroni Schottel, Huzaren Sla); kue-kue Cina (Kue Mangkok, Kue Anak Cina, Kue Ku, Tengteng Wijen, Tengteng                 Kacang, Kue Satu, Kecap Benteng); dan buah-buahan langka di antaranya Kecapi, Kemang, Gandaria, Gohok, Kokosan, Buni, Jamblang, Menteng.
                Selain itu berbagai macam cagar budaya betawi antara lain cagar budaya situ babakan dan cagar sejarah betawi Condet.


3. Suku Sunda

                Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum lemah lembut dan sangat menghormati orang tua. Bahasanya yang cukup menarik karena setiap dia berbicara selalu diikuti kata “teh”. Itulah cermin budaya dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sunda diajarkan bagaimana menggunakan bahasa halus untuk orang tua.
                Kekuatan eksternal utama yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Sunda sepanjang perjalanan sejarahnya hingga sekarang secara kronologis adalah Kebudayaan Hindu,Kebudayaan Islam, Kebudayaan Jawa, Kebudayaan Eropa, dan Kebudayaan global.
                Sunda memiliki bebearapa ragam lagu daerah yaitu antara lain  Bubuy Bulan, Cingcangkeling, Es Lilin, Manuk Dadali, Tokecang, Sapunyere dan masih banyak lagi.  Ketika kesenian tradisional semacam calung, gondang kesenian wayang golek, klasik sunda, dog dog lojor, jaipong, tarling, kecapi suling, ketuk tilu semakin dilupakan orang karena terdesak oleh kebudayaan asing yang menyilaukan mata, masih ada satu warisan kebudayaan Sunda yang tetap menarik untuk dinikmati: kulinernya. Bahkan kuliner Sunda sampai saat ini masih menjadi faktor penarik wisatawan dari daerah lain. Masakan Sunda selalu diburu oleh para penikmat wisata kuliner. Sebut saja nasi timbel, tutug oncom, karedok, ulukuteuk leunca, dan masih banyak lagi. Untuk makanan ringan dan minuman juga ada banyak pilihan, di antaranya surabi, comro, bandrek, dan bajigur.


4. Suku Batak

                Suku Batak banyak berasal dari Sumatra utara. Ciri-ciri dari orang Batak ini ialah bila dia berbicara dengan orang lain sedikit kasar, tapi kadang membuat orang tertawa. Sifatnya yang cepat marah dan mau menang sendiri.
                Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.
                Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas                 itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.
                Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada                 yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
                Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
                Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
                Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan                 pariwisata. Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Selain itu batak juga memiliki beberapa macam lagu daerah antara lain AlusiAu, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Na Sonang Do Hita Nadua, O Pio, Rambadia, Sinanggar Tulo dan masih banyak lagi. Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara                 Perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara     menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .
                Batak adalah salah satu suku yang tertua di Indonesia yang diprediksikan telah ada sebelum adanya kerajaan – kerajaan di Selatan, Timur dan Utara. Selain memiliki bahasa dan aksara, batak juga memiliki salah satu masakan khas.
                Adapaun masakan tersebut antara lain adalah Sangsang, Na Tinomburan, Naniura, Taput, Tapteng, Sibolga dan Ikan Arsik


5. Suku Minangkabau

                Suku Minangkabau atau Minang (seringkali disebut Orang Padang) adalah suku yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat. Suku ini terkenal karena adatnya yang matrilineal, walau orang-orang Minang sangat kuat memeluk agama Islam. Adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al Qur'an) merupakan cerminan adat Minang yang berlandaskan Islam.
                Suku Minang terutama menonjol dalam bidang pendidikan dan perdagangan. Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota suku ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Untuk di luar wilayah Indonesia, suku Minang banyak terdapat di Malaysia (terutama Negeri Sembilan) dan Singapura. Di seluruh Indonesia dan bahkan di mancanegara, masakan khas suku ini yang populer dengan sebutan masakan Padang, sangatlah digemari.
                Kesenian Minangkabau bertempatan asli di Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Ia bermacam-macam yang disesuaikan rupanya dari pelbagai daerah bahagian di Sumatra Barat. Keelokan dan kebanyakan kesenian Minangkabau ini merupakan warisan yang dapat menyokong dan melengkapi kesenian lain yang banyak berada di Indonesia.
                Kesenian-kesenian ini berupakan tari-tarian yang terdiri dari Tari Piring, Tari Randai, Tari Indang, Tari Payung, dan lain-lain. Selain itu ada kesenian pantun dan sambah-manyambah. Ada kesenian musik dengan alat musik Talempong,                 Saluang, Gandang Tabuik, Rebana, dll.  Selain itu Minang juga memiliki berbagai ragam lagu daerah yaitu antara lain Ayam Den Lapeh, Babuai Adiak Babuai, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauah di Mato, Kaparinyo, Malam Bainai, Paku Gelang, Ranah Minang, Sansaro
                Masakan khas minang yang selau ditunggu-tunggu seperti rendang, dendeng balado, dendeng batokok, Gulai paku, gulai toco, pangek masin, pangek padeh, Kalio dagiang, Gulai itiak, Sambalado tanak, Gulai banak, Cancang, Ikan balado, Ikan baka, Gulai kambiang, Soto padang, Goreng baluik, Goreng lauk, Gulai pucuak ubi, Sate Padang, dsb.


6. Suku Banjar

                Suku bangsa Banjar adalah suku bangsa yang menempati sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur dan sebagian Kalimantan Tengah terutama kawasan dataran dan bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut.
                Islam telah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak berabad-abad yang silam. Islam juga telah menjadi identitas mereka, yang membedakannya dengan kelompok-kelompok Dayak yang ada di sekitarnya, yang umumnya masih menganut religi sukunya. Memeluk Islam merupakan kebanggaan tersendiri, setidak-tidaknya dahulu, sehingga berpindah agama di kalangan masyarakat Dayak dikatakan sebagai "babarasih" (membersihkan diri) di samping menjadi orang Banjar.
                Seni tradisional Banjar adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suku Banjar. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi    adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
                Orang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material budaya yang berkaitan dengan relegi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam kehidupan budaya Banjar, hampir identik                 dengan Islam, terutama sekali dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.
                Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar nampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga,                 transport, tari, nyanyian dsb.Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius. Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar. Suku Banjar mengembangkan seni dan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya belum maksimal, meliputi berbagai cabang seni.
                Seni Tari suku Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan     seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa                 (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu,                 Semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini.                 Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan. Seni       tari daerah Banjar yang terkenal misalnya :
·         Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
·         Tari Baksa Panah
·         Tari Baksa Dadap
·         Tari Baksa Lilin
·         Tari Baksa Tameng
·         Tari Radap Rahayu, dalam upacara perkawinan
·         Tari Kuda Kepang
·         Tari Japin/Jepen
·         Tari Tirik
·         Tari Gandut
Ditambah lagi dengan banyaknya lagu daerah yang dimiliki daerah banjar antara lain

                Selain itu pula banjar juga memiliki banyak masakan khas seperti soto banjar, ketupat kandangan, lontong banjar, nasi kusing banjar, patin bakar, pepes patin, ikan saluang, ikan papuyu bakar, dan masih banyak lagi.

7. Suku Bali

                Suku Bali adalah sukubangsa yang mendiami pulau Bali, menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali.                 Sebagian besar suku Bali beragama Hindu, kurang lebih 90%. Sedangkan sisanya beragama Buddha, Islam dan Kristen.
                Ada kurang lebih 5 juta orang Bali. Sebagian besar mereka tinggal di pulau Bali, namun mereka juga tersebar di seluruh Indonesia.
                Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-                Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita,                 atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya.
                Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsure yang tampak amat digemari oleh warga mesyarakatnya, sehingga nampak seolah oleh mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali. Atas dasar fungsi tersebut kesenian merupakan satu focus kebudayaan Bali.  Daerah bali memang sangat kaya dalam bidang kesenian, dimana cabang-cabang kesenian timbul dan berkembang dalam masyarakat yang meliputi seni rupa, seni pertunjukkan dan seni suara.
                Seni rupa mencakup satu cabang yang terdiri dari seni pahat, seni lukis dan seni hias. Begitu pula halnya dengan seni lukis, juga mengalami perjalanan yang panjang dimulai dari lukisan-lukisan yang bersifat symbolic magis seperti rerajahan, lukisan-lukisan religius seperti lukisan parba, langit-langit dan ider-ider, serta lukisan naturalis
                Seni tradisional menurut fungsinya digolongkan atas tiga jenis :
                1.   Tari wali (tari sacral) yaitu tari keagamaan yang keramat.
                2.   Tari Bebali, yaitu tari pengiring upacara.
                3.   Tari Balih-balihan yaitu tari yang berfungsi sebagai hiburan.
                Beberapa jenis tari sacral yang dimaksud adalah :
                1.   Tari Sanghyang Dedari
                2.   Tari rejang Sutri
                3.   Tari Pendet
                4.   Tari Baris Gde, Tumbak, Baris Jangkung, Baris Palung, Pusi, Seraman, tekok jago
                5.   Topeng Pajangan
                6.   Wayang lemah, Wayang Sudamala
                7.   Tari Abuang
                8.   Tari Brutuk
                9.   Tari Takamalon
                10. Tari Ngayab
                11. Tari kincang-kincung
                12. Alat pakaian / gander yang oleh masyarakat stempat disakralkan
                Selain kesenian yang menarik hati para wisatawan. Bali juga memiliki banyak wisata kuliner seperti Bagi guling, Lawar, Ayan betutu, Sambal Plecing, sate lilit, sate languan, sate lembat, serapah, jajan bendu, nasi yasa, lempet, dsb.






8. Suku Bima

                Suku Bima atau Dou Mbojo mendiami di Kab. Bima dan Kota Bima,telah ada sejak zaman Majapahit dan menggunakan Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo. Menurut sejarahnya-lebih tepatnya dongeng-, Suku Bima mempunyai 7                 pemimpin di setiap daerah yang disebut "Ncuhi". Pada masa pemberontakan di Majapahit, salah satu dari Pandawa Lima,     Sang Bima, melarikan diri ke Bima melalui jalur selatan agar tidak ketahuan oleh para pemberontak dan langsung diangkat oleh para Ncuhi sebagai Raja Bima pertama. Namun Sang Bima langsung mengangkat anaknya sebagai raja dan beliau kembali lagi ke Jawa dan menyuruh 2 anaknya untuk memerintah di Kerajaan Bima. Oleh karena itu, sebagian bahasa Jawa     kuno terkadang masih digunakan sebagai bahasa halus di Bima.
                Masyarakat Bima yang sekarang kita kenal merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang                 hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air. Akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang lebih dominan adalah berasal dari imigrasi yang dilakukan oleh etnis di sekitar Bima. Karena beragamnya etnis dan budaya yang masuk di Bima, maka tak heran agama pun cukup beragam meskipun 90% lebih masyarakat Bima sekarang beragama Islam. Untuk itu, dalam pembahasan berikut akan kita lihat bagaimana keragaman masyarakat Bima tersebut, baik dilihat dari imigrasi secara etnis/budaya maupun secara agama/kepercayaan. Variasi Masyarakat Bima Berdasarkan Etnis/Budaya Orang   Donggo Orang Donggo dikenal sebagai penduduk asli yang telah menghuni tanah Bima sejak lama.
                Pariwisata cukup potensial dikembangkan di wilayah ini terutama pariwisata alam meliputi Pantai Lawata, Pantai   Ule, Pantai Kolo, Pulau Kambing; dan pariwisata budaya meliputi museum Asi Mbojo, kuburan Tolobali, bukit Danatraha (kompleks makam Kesultanan Bima), Benteng Asakota. Hal ini didukung pula oleh berbagai usaha jasa dan produk wisata yang cukup baik seperti usaha perhotelan, biro perjalanan wisata, dan souvenir berupa tenun ikat, songket, sarung dan lain-     lain.
                Masyarakat bima meliki kesenian yang dinamakan Adu kepala atau Ntumbu merupakan kesenian yang dulu sering dimainkan di setiap pesta dan ritual adat. Selain Ntumbu ada juga Tari Manca dan Buja Kadanda. Dua tarian ini juga menggunakan mantra. Pasalnya, dalam tarian itu terjadi saling serang dengan menggunakan pedang dan tombak betulan.
                Memeriahkan suasana, setiap ritual kesenian diiringi musik khas Bima, utamanya lewat Tabuhan Gendang dan                 Tiupan ”Silu” (alat musik tiup semacam terompet yang terbuat dari daun lontar). Meriah, penuh warna, mengandung unsur magic, tapi tidak menakutkan.
                Selain dari kesenan tersebut bima juga memiliki bebrapa macam makan khas seperti Palmara, Singang dan Ragi Rajang, bukanlah masakan yang lazim dihidangkan untuk acara-acara besar masyarakat Bima , melainkan sebagai masakan menu rumah tangga sehari-hari. Ini tentu berbeda dengan bumbu kuning khusus daging dan ayam yang memakai santan dan bumbu halus, yang juga kerap dijumpai pada acara-acara begawe masyarakat Sasak.


9. Suku Dayak

                Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang                 Dayak   sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang              Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
`               Ada beberapa adat istiadat bagi suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari         pedalaman Kalimantan. Misalnya,  Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang   dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah                 tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia. Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).
                Kesenian masayarakat suku dayak juga beganeka ragam, yang terbagi atas :
                1.  Seni Bangunan
Yaitu dengan adanya rumah adapt yang disebut “Betang”, biasanya dihuni beberapa kepala keluarga (gaya tradisional)
                2.  Seni Tari
Yaitu seperti Tari Tambu (tari kepahlawanan), Tari Bungai, Tari Balaendadas (untuk kesembuhan bagi orang yang sakit), Giring, Kenyah, Manose, Gantar (untuk menyambut tamu).
                3.  Seni Sansana
                        Disebut juga Sansana Bandar yaitu cerita tentang tokoh-tokoh dan pemuka.
                4.  Seni Kesusastraan
                5.  Seni Ukir
                        Seperti kayu, mandau, topeng, arsitektur rumah, cincin
                6.   Seni Lukis    
                       Bukan hal yang asing lagi bahwa orang Dayak suka tattoo.
Semua kesenian Suku Dayak itu tidak lepas dari system religi mereka, karena keduanya saling berhubungan. Selain kesenian masyakat bima juga memiliki satu makanan khas yang amat digemari yaitu sayur Ritan. Sangat unik memang, ketika rotan berubah fungsi menjadi sebuah makanan. Hal seperti ini, justru terbukti di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Batang rotan yang biasanya dijadikan bahan baku meubel, tikar, dan lain sebagainya, telah digunakan secara berbeda di kota ini. Karena masyarakat Palangka Raya sangat menyukai bahan baku ini, digunakan sebagai makanan sayur, sehingga batang rotan merupakan makanan khas masyarakat di sana.


10. Suku Nias

                Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).
                Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
                Adat istiadat Daerah Nias memiliki ciri khas tersendiri yang tiada duanya di dunia. Ciri khas ini terdapat pada bahasa, hukum adat, kesenian, arsitektur rumah, olah raga, derajat sosial, alat ukur dan pesta adat seperti pada masa panen, perkawinan, pengangkatan gelar, kelahiran anak dan lain-lain sebagainya.
                Karena lokasinya yang terpencil serta terletak pada posisi yang bukan daerah keramaian arus lalu lintas antar daerah, maka pengaruh luar belum banyak rumah adat istiadat suku Nias. Namun beberapa kegiatan adat yang dulunya merupakan bagian terpenting dalam meramaikan pelaksanaan acara pesta adat seperti tarian maena, tari perang, lompat       batu, kini sudah banyak dikomersilkan.
                Selain itu masrakat nias juga memiliki bebrapa macam makana khas seperti Gowi Nihandro/Gowi Nitutu (Ubi tumbuk), Harinake, Godo-godo, köfö-köfö(daging ikan yang dihancurkan, dibentuk bulat dan dijemur/dikeringkan/diasap), Niowuru, dan masih banyak lagi makanan khas lainnya.

by nu-ri

KARL MARX & EMILE DURKHEIM


KARL MARX dan EMILE DURKHEIM
0403/2012

Marx tidak semata-mata menjadi seorang komunis dengan begitu saja. Banyak tokoh yang ikut andil dan berperan dalam menjadikan Marx seorang yang berpandangan komunisme, antara lain Hegel, Feuerbach, Smith, juga Engels. Keempatnya, terutama filsafatnya Hegel, Feuerbach dan Engels, sangat kental mewarnai pemikiran Marx. Secara spesifik memang filsafatnya Hegel, yaitu yang berkaitan dengan konsep dialektik, menjadi titik tolak pemikiran Marx meskipun Marx mengkritisi filsafat itu karena dianggapnya sangat idealistik dan memiliki konsep yang terbalik. Marx sendiri mengemukakan konsep dialektika materialistik yang mengacu kepada berbagai struktur sosial yang di dalamnya tercermin konflik sosial dan juga menggambarkan upaya-upaya pembebasan atas eksploitasi para majikan kepada kaum buruh dalam semua proses produksi. Marx, juga menyoroti perkembangan dan kebangkitan kapitalisme, di mana pandangan-pandangannya dianggap identik dengan gerakan pembebasan kaum buruh yang miskin dan tertindas oleh mereka yang memiliki berbagai sarana produksi, yaitu kaum borjuis. Konflik atau pertentangan kelas serta upaya-upaya pembebasan inilah yang menjadi titik sentral ajarannya Marx.

Dialektika dan Struktur Masyarakat Kapitalis

Perkembangan pemikiran Marx memang tidak lepas dari pengaruh filsuf-filsuf hebat seperti Hegel, Feuerbach, Smith, juga Engels. von Magnis membagi lima tahap perkembangan pemikiran marx yang dibedakan ke dalam pemikiran ‘Marx muda’ (young Marx) dan ‘Marx tua’ (mature Marx). Gagasan dan pemikirannya terutama diawali dengan kajiannya terhadap kritik Feuerbach atas konsep agamanya Hegel yang berkaitan dengan eksistensi atau keberadaan Tuhan. Marx yang materialistik benar-benar menolak konsep Hegel yang dianggapnya terlalu idealistik dan tidak menyentuh kehidupan keseharian. Bagi Marx, agama hanya sekedar realisasi hakikat manusia dalam imajinasinya belaka, agama hanyalah pelarian manusia dari penderitaan yang dialaminya. Agama inilah yang merupakan simbol keterasingan manusia dari dirinya sendiri. Marx mengadopsi sekaligus mengkritisi dialektikanya Hegel yang dianggapnya tidak realistik itu. Marx juga menganggap filsafatnya Hegel, yang idealistik itu, memiliki konsep yang terbalik. Atas hal ini, Marx mengemukakan konsep dialektika materialistik yang mengacu kepada berbagai konsep struktur sosial. Dimana di dalamnya tercermin konflik sosial dengan yang menggambarkan upaya-upaya pembebasan atas eksploitasi para majikan kepada kaum buruh dalam semua proses produksi yang melibatkan dua kelas sosial yang berbeda, proletar dan borjuis. Kelas sosial inilah yang nantinya harus tidak ada karena, menurut Marx, pada suatu saat akan terwujud masyarakat komunisme; yaitu masyarakat sosialis karena runtuhnya kapitalisme, di mana di dalamnya tidak ada lagi kelas-kelas sosial dan tidak ada lagi hak kepemilikan pribadi. Inilah masyarakat yang menjadi obsesi Marx. Untuk mewujudkan hal ini, menurutnya, perlulah dilakukan analisis terhadap sistem ekonomi kapitalis.

Durkheim dan Fakta Sosial

Durkheim yang dikenal taat pada agama tetapi sekuler itu, dalam perjalanan ‘karirnya’ dipengaruhi oleh tokoh-tokoh filsafat dan sosiologi, seperti Montesquieu, Rosseau, Comte, Tocquueville, Spencer, dan Marx. Durkheim menyoroti solidaritas sosial sampai patologi sosial yang juga mengkaji tentang kesadaran bersama, morfologi sosial, solodaritas mekanik dan organik, perubahan sosial, fungsi-fungsi sosial, termasuk solidaritas dan patologi sosial. Durkheim memang berangkat dari asumsi bahwa sosiologi itu merupakan studi mengenai berbagai fakta sosial di mana di dalamnya ia menguraikan mengenai konsep sosiologinya serta berbagai karakteristik dari fakta-fakta sosial dimaksud. Ia juga menjelaskanmengenai cara-cara mengobservasi berbagai fakta sosial dengan melakukan analisi sosiologis. Sedangkan mengenai fenomena moralitas yang menyangkut berbagai keyakinan, nilai-nilai, dan dogma-dogma (yang membentuk realitas metafisik) ia dekati juga dengan menggunakan metode ilmu pengetahuan. Durkheim memang sepaham dengan pemikiran Comte bahwa ilmu pengetahuan itu haruslah dapat membuat manusia hidup nyaman. Upayanya untuk memahami berbagai fenomena bunuh diri melahirkan salah satu karya besarnya Suicide (‘Bunuh Diri’)





Bunuh Diri, Agama, dan Moralitas

Bagi Durkheim, bunuh diri, yang bermacam-macam bentuk (egoistic suicide, altruistic suicide, anomic suicide, dan fatalistic suicide), itu memang merupakan penyimpangan perilaku seseorang. Bagaimana bunuh diri itu terjadi atau dilakukan oleh seseorang, menurut Durkhiem, disebabkan oleh benturan dua kutub integrasi dan regulasi di mana kuat dan lemahnya kedua kutub itu akan menyebabkan orang melakukan bunuh diri. Di sinilah, begitu Durkheim menekankan, pentingnya agama bagi seseorang untuk menghindarkan dari berbagai penyimpangan yang mungkin terjadi. di mana unsur-unsur esensial dari agama itu mencakup berbagai mitos, dogma, dan ritual, yang kesemuanya merupakan fenomena religius yang dihadapi manusia. Dalam kaitan ini, ada hal-hal yang sifatnya ’suci’ (sacred) dan juga ada hal-hal yang sifatnya ‘tidak suci’ (profane) yang pemisahan antara keduanya menunjukkan kepada pemikiran-pemikiran religius yang dilakukan manusia. Harus diperhatikan bahwa di dalam agama, khususnya yang menyangkut ritual keagamaan, ada yang dinamakan ritual negatif dan juga ritual positif. Bagi Durkheim, moralitas itu merupakan suatu aturan yang merupakan patokan bagi tindakan dan perilaku manusia (juga dalam berinteraksi). Konsepnya mengenai moralitas ini merujuk pada apa yang dinamakan norms (norma-norma) dan rules (aturan-aturan) yang harus dijadikan acuan dalam berinteraksi.


by:Must_aking As Samarkandi
 

Ads

Text