Gender Dalam Dunia Pendidikan
Pendahuluan
Mengenai permasalahan gender tidak lepas dari sebuah teori
yang mendasar yang dapat dibagi kepada dua kelompok teori yakni teori sosial
makro, dan mikro. Berbicara mengenai wacana gender dalam pendidikan tidak
lepas dari faktor lainnya seperti organisasi keluarga dan pekerjaan, surplus
ekonomi, kecanggihan tekhnologi, kepadatan penduduk dan lainnya. Karna
kesemuanya adalah variabel yang saling mempengaruhi banyak hal tentang gender
begitupun didalam fenomena pendidikan. Persoalan mendasar mengenai gender
bermula dari pertanyaan “ dan bagaimana dengan pearempuan ? “ hal tersebut akan
dibahas dalam tiga teori yang ada dalam teori sosial makro yakni fungsionalime,
teori konflik analitik dan teori sistem dunia.
Harus diakui bahwasanya teori fungsional memang gagal
melihat kerugian yang dialami wanita dalam masyarakat. Alasannya dalam teori
fungsional terutama dalam teori Parson cenderung meminggirkan masalah
ketimpangan sosial, dominasi, dan penindasan tentu saja karna fungsionalisme
selalu menekankan ketertiban sosial. Adanya pendidikan tidak saja melihat kepda
pendidikan formal, namun harus dimulai dengan bagaimana pendidaikan itu
dimulai. Tentu saja kita bisa melihat feanomena proses pendidikan dalam
keluarga dimana wanita sangat berperan sebagai produsen utama fungsi-fungsi
pokok keluarga.
Dalam keluarga perempuan secara tidak langsung dididik
menjadi seorang yang mengutamakan perasaan. Hal itu lantas menjadi pola turun
temurun sebagai hal yang dipandang alamiah maka timbulah fenomena dalam
pendidikan umumnya perempuan memilih studinya yang mengutamakan perasaan dan
kecerdsasan emosional. Contoh banyak perempuan lebih memilih studi tentang
keperawatan, pramugari, entertainer, psikolog, guru, dan lain lain.
Di bandingkan dengan fenomena yang ada
dimasa lalu gender sudah banyak memperoleh kesempatan yang sama dengan
laki-laki. Dulu banyak fenomena dimana orang tua lebih mengutamakan pendidikan
untuk anak laki-lakinya dengan berbagai alasan, tapi tidak dipungkiri mungkin
saat ini masih bisa terjadi bahwasannya pada teori konflik
analitik lebih menggunakan pendekatan cultural, dalam teori ini melihat adanya
ketimpangan gender yang selalu disebut sebagai stratifikasi jenis kelamin.
Pembahasan
Agar lebih jelas kelompok-kelompok
feminis dapat kita golongkan menjadi tiga golongan yakni feminis liberal,
radikal, dan sosialis.
A.
Feminis Liberal
Feminis Liberal adalah feminis yang
mengusulkan bahwasannya perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki,
ciri dari gerakan ini tidak mengusulkan perubahan struktur secara fundamental,
melainkan memasukan wanita kedalam struktur yang ada berdasarka prinsip
kesetaraan dengan laki-laki. Jelas mungkin bila selama ini
pendidikan lebih mendahulukan kaum laki-laki maka feminis ini leabih
memperjuangkan tentang adanya kesetaraan mengenai hak-hak yang seharusnya
diperoleh para perempuan yang sama dengan kaum adam. Contoh dalam pendidikan
adanya kesamaan memperoleh hak yang sama dalam menimba ilmu apapun yang
dipandang sebagai pendidikan untuk para pria caontoh sekolah SMK/STM,
AKABRI,AKPOL,Politik, dan lain sebagainya.
Inti ajaran feminis liberal
·
Memfokuskan kepada perlakuan yang sama terhadap wanita
diluar dari pada didalam keluarga.
·
Memperluas kesempetan pendidikan merupakan langkah efektif
untuk melakukan perubahan sosial.
·
Pekerjaan rumah tangga seperti merawat anak, melayani bapak,
menyusui,memandikan, memasak,meancuci dipandang sebuah pekerjaan tidak terampil
yang merupakan pengandalan tubuh, bukan pikiran rasional.
·
Perjuangan harus meanyentuh kesetaraan politik antra wanita
dan laki-laki,melalui perwakilan wanita diruang-ruang publik
·
Feminis saat ini cenderung lebih sejalandengan liberalisme
kesejahteraan atau egalitarian yang mendukung kesejahteraan Negara (welfare
state)
B.
Feminis Radikal
Feminis radaikal lebih menekankan
kebalikan dari feminis liberal, jika sebelumnya kaum feminis mengusulkan
kesetaraan kaum hawa dengan kaum adam maka radidkal tidak demikian, hal ini
dapat dilihat dari usulan bahwasangnya hak antara laki-laki dan hak perempuan
harus dibedakan. Misallnya wanita dan laki-laki mengkonseptualkan kekuasaan
secara berbeda, bila laki-laki lebih pada mendominasi dan mengontrol orang lain
maka perempuan lebih tertuju dalam berbagi dan merawat keakuasaannya.. Feminis ini menyatakan bahwasanya
adanya keteransingan yang dialami kaum perempuan karena diciptakan oleh unsur
politik maka transformasi personal lebih kepada aksi-aksi radikal.
Inti
ajaran feminis radikal
·
Memprotres ekploitasi terhadap wanita (termasuk peran ibu,
pasanagan sex, dan istri) feminis radikal menganggap perkawinan sebagai bentik
formalitas yang mendeskriminasikan perempuan.
·
Masyarakat harus diubah secara menyeluruh,termasuk
lembaga-lembaga sosial fundamental harus dirubah secara fundamenbtal pula
C.
Feminis Sosialis
Aliran ini bertumpu pada teori Marx
dan Engel yang beraliran sintesa histories-matrealis. Menurut Engel laki-laki
dan perempuan berperan dalam pemeliharaan keluarga inti, namun kareaana tugas
tradisional wanita mencakup pemeliharaan rumah tangga dan penyiapan makanan
seadanagakan tugas laki-laki mencari makan,memiliki dan memerintah budak serta
memiliki alat-alat prodauksi yang mendukung tugas tersebaut. Dalam hal ini
laki-laki meampunyai akumulasi kekayaan yang lebih tinggi dari perempuan. Hal
ini yang amenyebabkan posisi laki-laki dianggap lebih penting dan sangat mudah daalam
mengekploitasi perempuan.
Inti ajaran feminis sosialis.
·
Wanita tidak dimasukan kedalam analisis kelas. Dengan alasan
karna wanita tidak mempunayai hubunagan khusus dengan alat-alat produksi.
·
Mengajukan solusi bahwasannya wanita harus dibayar untuk
upah kerjanya dalam rumah tangga
·
Kapitalisme memperkuat sexism, karena memisahkan antara
pekerjaan rumah tangga dan bergaji.dan maendesak agar wanita melakukan
pekerjaan diwilayah domestic.
Penutup
Dapat
kita jelaskan bgaimana ketiga aliran feminis ini menanggapi permasalahan gender
dari berbagai argumennya, hal ini juga dapat kita katkan daengan isu-isu
bagaimana isu gender dalam pendidikan? Jika
kita memahami ketiga teori diatas dan ketiga teori yang ada pada teaori sosial
makro sebelumnya maka gender bergerak bagaimana seharusnya perempuan. Jelas
seperti dinyatakan dalam fungsionalis yang sama dengan pernyataan golongan
liberal bahwa perempuan haruslah diposisikan keruang-ruang public dan
memperoleah hak yang sama dengan laki-laki. Di I ndoneasia mungkin kita
teringat akan perjuangan Kartini sang pahlawan yang memeperjuangkan kesamaan
perempuyan dalam mengaksek dunia pendidikan dan dapat berkiprah didunia public. Yang kedua golongan radikal jelas
kebalikan dari liberal kaitannya dengan pendidikan bisa ditebak keinginannya
untuk merubah struktur masyarakat yang selama ini dianggap merugikan perempuan,
yakni adanya isu ekploitasi kaum perempuan oleh para laki-laki. Mungkin jika
kita melihat dalam pendidikan, bisa jadi protes atas gaji guru honorer
perempuan yang lebih rendah dari guru laki-laki, bisa jadi protes atas
kedudukan laki-laki yang mendominasi dunia pendidikan.